Hari ke dua berada di Kota Meulaboh, malam sebelumnya saya dan Kak Zaky sudah janjian untuk gowes pagi-pagi buta, pukul 06:15 WIB kami berdua menyusuri Kota Meulaboh. Seperti kota-kota lainnya, Kota Meulaboh, bangunannya tertata rapi, bersih, banyak pertokoan, perkantoran, hotel dan sarana lainnya. Tujuan kami adalah melihat sunrise di tepi pelabuhan, kamipun
menyusuri jalanan yang berada di tepi laut, nama tempatnya adalah Ujong Karang, tempat ini persis ditepi laut, banyak diletakkan pemecah ombak
yang terbuat dari beton, tak terbayangkan ketika tsunami terjadi pada tahun
2004 silam, bagaimana terjangan ombak yang meluluh lantakkan segala sesuatu yang
ada di tempat ini. Selama menyusuri jalanan sekitar pantai terlihat banyak
kapal nelayan yang berangkat ke laut, terlihat juga sebuah pabrik batu bara
yang berada di ujung seberang lautan, cerobongnya mengeluarkan asap.
Setelah menyusuri Ujong Karang kamipun melanjutkan rute kami ke sebuah monumen di mana tempat
gugurnya Teuku Umar ketika berperang melawan Kaphee Belanda, sebuah monumen yang berbentuk Kupiah
Meukutop topi khas adat Aceh, monumen ini terletak di kawasan
pantai Suak Ujong Kalak. Monumen ini
berada kurang lebih 20 – 25 meter dari bibir pantai, sayapun coba merasakan dan
meresapi kejadian ketika Pahlawan Teuku Umar ditembak oleh penjajah Belanda,
tragis sekali rasanya jika berada di tempat kejadian tersebut persisnya pada
tanggal 11 Februari 1899 menyaksikan perlawanan Teuku Umar bersama pejuang
lainnya melawan Penjajah Belanda di mana Teuku Umar bersimbah darah ditembaki
Kaphee Belanda tepat di dadanya dengan peluru emas.
Waktu menunjukkan pukul
09:00 WIB, waktu kembali ke rumah untuk breakfast dan bersih-bersih setelah
ngos-ngosan dan berkeringat selama gowes mengelilingi Kota Melaboh.
Breakfast selesai,
bersih-bersih juga selesai. Saya dan Kak Zaky pergi mengunjungi Makam Teuku
Umar yang termasuk situs wisata yang wajib dikunjungi ketika berada di Aceh
Barat, kali ini ditemani Kak Evi, horeeeeeeeeeeeeeeee, makin rame. Tidak sulit
untuk menuju ke tempat ini. Terletak di
pinggir jalan raya Meulaboh sekitar 40 km dari Kota Meulaboh, Desa Mugou
Rayeuk, Kecamatan Panton Reu, ketika menyusuri jalan ini, akan terlihat gapura
di sebelah kiri, kemudian masuk ke dalam kawasan hutan berbukit, sekarang
jalannya sudah diaspal, jadi sangat mudah untuk dilewati. Kemudian berjumpa
gapura lagi, untuk kendaraan roda empat disediakan tempat parkir, sedangkan kendaraan
roda dua, diperbolehkan untuk parkir di dalam, kemudian berjalan kaki menaiki
dan menuruni tangga sejauh 100 meter, ada juga jalan yang tidak bertangga,
tinggal pilih sesuai selera kita.
Tiba di komplek
pemakaman, suasana sangat teduh dan senyap sekali. Tenang dan nyaman rasanya
ketika berada di tempat ini. Tempatnya juga bersih. Walaupun tempat ini bersih
dari sampah, akan tetapi sesekali kita akan dibuat tidak nyaman akibat gigitan
nyamuk, hal ini dikarenakan letak makam ini berada di tengah-tengah hutan,
tepatnya di hutan Glee Mugou. Jadi jangan heran ya...
Satu cerita yang perlu
kita ketahui seputar Makam Teuku Umar ini adalah ketika jenazah Teuku Umar
hendak dimakamkan, pasukan Teuku Umar membawanya dan mengelabui dengan membuat
enam petilasan makam dan terakhir di tempat Teuku Umar dimakamkan sekarang, hal
ini dilakukan agar jenazah Teuku Umar tak diambil oleh Penjajah Belanda.