Jarum jam tangan saya terus berputar, menunjukkan pukul 12:35 WIB, sudah waktunya makan siang.
Sebelum berangkat, kami sudah membeli makan siang untuk dimakan bersama dengan teman lainnya. Teman-teman sayapun membawa saya ke suatu tempat yang belum pernah saya datangi sebelumnya. Sudah pasti, ini adalah kali pertama saya berkunjung ke Aceh Barat, jadilah teman-teman saya ini sebagai guide pribadi saya, hehehehe.
Setelah berziarah ke makam Teuku Umar Johan Pahlawan, kami kembali ke arah jalan pulang, kemudian motor kamipun berbelok ke lorong yang berada di sisi kanan seberang jalan.
Sebelum berangkat, kami sudah membeli makan siang untuk dimakan bersama dengan teman lainnya. Teman-teman sayapun membawa saya ke suatu tempat yang belum pernah saya datangi sebelumnya. Sudah pasti, ini adalah kali pertama saya berkunjung ke Aceh Barat, jadilah teman-teman saya ini sebagai guide pribadi saya, hehehehe.
Setelah berziarah ke makam Teuku Umar Johan Pahlawan, kami kembali ke arah jalan pulang, kemudian motor kamipun berbelok ke lorong yang berada di sisi kanan seberang jalan.
Sepeda motor kami lajukan beberapa puluh meter ke dalam kawasan danau, sampailah kami di sana.
Danau
Genang-Gedong, berada di Gampong Putim, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh
Barat, 20 km dari Kota Meulaboh menuju Banda Aceh melewati Geumpang. Suasana
tentram, damai dan teduh sekali, itulah yang saya rasakan. Sepi, padahal hari
itu adalah hari Minggu. Kamipun memarkirkan sepeda motor kami di bawah pohon di
antara bangunan kayu yang terlihat kotor dan warung yang berisikan beberapa
pemuda yang sedang menyuruput kopi mereka yang tampak sedang asik mengobrol.
Piyoh.....! Kata salah
satu dari mereka
Jeut.... Kami menjawab.
Perut mulai keroncongan,
kamipun mengambil bekal makanan kami, kami beranjak ke atas bukit, di sanalah
kami menikmati makan siang kami, sambil menikmati hamparan danau alami yang
meliputi tiga desa ini. Kami begitu semangat menyantap makanan, bagaimana
tidak, bebukitan yang diselimuti rumput hijau, beberapa pepohonan melambai
dihembus angin lembut dan permukaan danau yang tenang membuat kami sangat
menikmati makan siang walaupun dengan menu yang sederhana.
Santai sejenak sembari
mengabadikan momen dengan kamera, titik airpun jatuh satu persatu, sepertinya
akan hujan. Dengan tergesa-gesa kami turun ke bawah bukit, menyelamatkan diri
masing-masing dari air langit. Hujan, kamipun berteduh di bangunan kayu tua
dekat dengan tempat di mana kami memarkirkan sepeda motor kami sebelumnya.
Hujan semakin lebat,
mengaburkan pandangan kami ke arah ujung danau, beberapa kerbau asik
bermandikan hujan dan beberapa diantara mereka ada yang memilih untuk berendam
ke dalam danau yang air pasti hangat sekali.
Teman saya menceritakan,
bahwa dulunya tempat wisata ini sangatlah sibuk dan ramai, banyak orang yang
piknik, memancing, bermain boat bebek di danau ini, namun sekarang tidak lagi.
Lantas saya bertanya, apa yang terjadi. Teman saya menjawab hal ini karena
terdengar isu bahwa ada ikan yang ukurannya besar sekali yang mendiami danau
ini, sehingga membuat para pengunjung menjadi takut. Sungguh sangat
disayangkan, beberapa fasilitas seperti mushalla, toilet, dan juga kafe tampak tidak terawat, padahal jika tempat wisata ini terus dihidupkan dan dikelola, maka
tempat ini akan semakin terkenal, semakin maju dan taraf ekonomi masyarakat pasti akan berkembang dan membuat para masyarakat akan
memiliki penghidupan yang lebih baik.
Sungguh malangnya kau
Geunang-Gedong meninggalkan kenangan indah bagi mereka yang telah datang.