Februari 19, 2016

Kecelakaan di Lintas Barat Aceh Akibat Hewan Ternak

Hari pertama dan kedua terlewatkan begitu indah, liburan saya di Aceh Barat sangatlah mengesankan. Begitupun di hari ketiga, yang seharusnya menjadi hari terakhir saya liburan di Aceh Barat, tepatnya Kota Meulaboh karena keesokan harinya saya akan kembali ke Banda Aceh, sudah saya rencanakan sebelum.

Namun semua rencana berubah. Di hari ketiga yang merupakan hari terakhir saya liburan di Aceh Barat, berubah menjadi hari yang terlalu sayang untuk dilupakan, terlalu pahit untuk diingat, dan keterlaluan untuk dikenang. Saya mengalami kecelakaan. Sebenarnya bukan hanya saya saja, ada satu orang teman yang ikut menjadi korban kecelakaan.



Begini cerita....

Sepulang dari Pasi Saka, Sampoiniet, Aceh Jaya. Pasi Saka adalah pantai yang terletak di kilometer 117 lintas barat Aceh. Dari Meulaboh, perjalanan di tempuh kurang lebih dua jam, sampai di desa Jeumphuk, saya dan teman lainnya memarkirkan sepeda motor kami di depan rumah kepala desa dan juga meminta izin sekaligus menitipkan motor kami di sana.

Singkat cerita, setelah puas mengunjungi Pasi Saka, hari sudah mulai gelap, jam 18:00 WIB kami melajukan sepeda motor kami. Ada dua sepeda motor, saya dan teman saya, yang mengemudikan adalah teman saya, dan yang satunya lagi kakak-beradik. Sepeda motor kami lajukan lumayan kencang. 80 km/jam, wajar kencang, karena jalanan tergolong sepi dan kondisi jalan juga sangat bagus.

Namun nahas, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ketika kami melewati jalan di daerah Panga, Aceh Jaya. Akibat terlalu kencang dan jalanan tidak disertai lampu jalan, kamipun menabrak lembu, teman saya sudah berusaha untuk mengerem supaya tabrakan bisa dihindarkan, namun terlambat. Kamipun jatuh ke sisi kiri jalan. Teman saya jatuh terlebih dahulu, kemudian sayapun ikut jatuh dan sempat berguling di atas rerumputan.

Sayapun langsung mencoba berdiri, saya melihat teman saya berada di pinggir jalan dalam keadaan terlungkup, sayapun langsung berlari ke arahnya yang jaraknya sekitar lima meter, pada saat berlari saya merasakan kaki kiri saya sakit sekali, saya berlari sambil terpincang-pincang. Sepertinya teman saya tidak sadarkan diri. Sayapun langsung membalikkan badannya, dan melihat ada darah yang mengalir dari pelipis mata kanannya. Teman saya pingsan.

Saya tidak tahu harus berbuat apa, dalam keadaan panik, saya hanya dapat memanggil teman saya yang pingsan ini agar segara sadar. Saya lepaskan helmnya.

Teman saya yang menggunakan sepeda motor yang satunya lagi, langsung berhenti membantu kami dan mereka langsung meminta tolong kepada siapa saja yang melintas di jalan tersebut. Barulah saya sadar untuk mencari pertolongan. Kami bertiga berteriak supaya ada orang yang mau menolong kami. Beberapa pengguna jalan berhenti, lantas tidak langsung menolong kami. Saya heran, apa yang mereka pikirkan, mengapa mereka tidak langsung menolong.

Akhirnya sebuah mobil warna putih melintas dan langsung berhenti. Pemilik mobil itulah yang akhirnya bersedia untuk menolong kami. Bersama sejumlah orang yang melintas tadi, teman saya yang masih belum sadarkan diri diangkat bersama-sama untuk dibawa ke puskesmas terdekat, sayapun turut bersamanya. Selamat di dalam ambulans, kami saling menguatkan satu sama lain, bahwa kita semua akan baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Alhamdulillah, puskesmas tidak terlalu jauh. Para petugaspun langsung mengambil tindakan kepada teman saya. Dan syukur, akhirnya teman saya telah sadar kembali.
Setelah proses tindakan perawatan pertama dan administrasi selesai, rupanya teman saya harus segera dirujuk ke Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh. Saya, beserta teman yang lainnya langsung menaiki mobil ambulans, teman saya yang lukanya lumayan parah ini dibaringkan diatas tandu di dalam ambulans, saya dan dua teman lainnya duduk di samping ikut pergi ke Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh.

Akhirnya kami sampai di rumah sakit setelah menempuh perjalana selama satu jam setengah dengan mobil ambulans yang sirinenya riuh rendah. Teman saya dikeluarkan dan disambut oleh para petugas rumah sakit, iapun langsung dilarikan ke ruang penanganan. Sementara saya dan teman lainnya menunggu di luar. Dan tak lama kemudian, keluarga teman saya pun datang ke rumah sakit setelah sebelumnya kami kabari bahwa kami telah mengalami kecelakaan.

Setelah beberapa lama berada di rumah sakit, saya dan teman lainnya pamit dengan keluarga teman kami yang mengalami luka yang lumayan berat. Teman saya harus menjalani rawat inap selama enam hari dan selebihnya mejalani rawat jalan, sedangkan saya diperbolehkan pulang karena hanya mengalami luka terkilir pada kaki sebelah kiri. Sejak tanggal kejadian yaitu 08 Februari 2016, luka saya dan teman sayapun berangsur-angsur pulih, mungkin butuh 30 - 45 hari supaya bisa sembuh total.

Sampai di rumah teman saya. Saya dan teman-teman saya yang merupakan host saya selama berada di Kota Meulaboh kembali membahas kenapa hal ini bisa terjadi. Menurut saya, ada beberapa hal yang menyebabkan kecelakaan ini, yaitu:
  1. Akibat lampu jalanan yang tidak tersedia di sepanjang jalan lintas Banda Aceh - Meulaboh
  2. Akibat hewan ternak masyarakat di sepanjang jalan lintas Banda Aceh - Meulaboh
  3. Akibat kendaraan yang melaju terlalu kencang, tapi kalau tidak ada hewan ternak pasti kecelakaan tidak akan terjadi
  4. Akibat kemalaman di jalan, semalam apapun kalau tidak ada hewan ternak di jalan pasti kecelakaan tidak terjadi
  5. Akibat tidak berhenti sejenak ketika maghrib
  6. dll
Malam tersebut adalah malam terakhir saya di Kota Meulaboh, sebelumnya sempat terpikir untuk menambah waktu inap saya sampai lumayan sembuh. Namun setelah dipikir-pikir, esok siangnya saya langsung kembali ke Banda Aceh dengan menggunakan mobil, motor yang seharusnya saya kemudikan sendiri untuk kembali ke Banda Aceh turut diangkut ke dalam mobil. Tiba di Banda Aceh pukul 19:50 WIB dan pukul 21:00 WIB saya dijemput mobil kembali untuk berangkat ke kampung halaman saya - Kota Langsa dan tiba di Langsa keesokan harinya. Sungguh liburan yang tak terlupakan. Liburan ke Kota Meulaboh yang tak tanggung-tanggung, berada di mobil ambulans bersama teman-teman dan juga ke rumah sakit Kota Meulaboh langsung ke ruang IGD.

Saya sangat berterima kasih kepada host (tuan rumah) saya selama di Meulaboh. Mereka yang sangat baik menjamu saya sebagai tamu mereka, menurut saya, saya tidak diperlakukan sebagai tamu, namun sebagai saudara sendiri. Saya begitu terharu kalau mengingat jasa-jasa mereka saat pertama saya datang dan saat saya berangkat ke Banda Aceh, terutama terima kasih yang tak terhingga kepada ibu host saya.

***
Sebenarnya sudah sangat banyak kasus kecelakaan yang terjadi akibat hewan ternak ini, bahkan ada yang menelan korban jiwa, bahkan kejadian terparah terjadi pada pagi dan siang hari. Namun sayangnya, masyarakat tidak perduli. Para pemilik ternak seakan acuh tak acuh, padahal ini adalah ternak milik mereka. Para pemerintah juga terkesan membiarkan hal ini dengan tidak memasang lampu jalanan dan juga tidak menerapkan sangsi yang tegas bagi para pemilik ternak yang melepaskan ternak mereka secara bebas.

Namun, dari semua kejadian ini, ada baiknya kita ambil pelajaran dan hikmah untuk selalu berhati-hati di manapun dan kapanpun. Kami bersyukur kepada Allah, karena sampai hari ini kami masih bisa bernafas, masih bisa beribadah dan masih bisa menikmati hidup bersama orang-orang yang kami sayangi dan cintai. Kepada teman-teman yang lain, harap selalu berhati-hati dalam berpergian, selalu utamakan keselamatan. Ingatlah keluarga, saudara-saudara, dan teman anda di rumah.

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar