Maret 10, 2016

Berburu Gerhana Matahari 2016 di Kuala Langsa

Fenomena Gerhana Matahari Total 2016 sebenarnya sudah saya ketahui sekitar enam bulan yang lalu. Berita ini pernah diterbitkan di salah satu surat kabar di Aceh dan Gerhana Matahari Total 2016 juga dipromosikan oleh sebuah perusahaan tour dari Jerman yang bernama Djoser Reisen, mereka membuat itinerary perjalanan ke beberapa wilayah Indonesia yang akan dilintasi Gerhana Matahari Total seperti Halmahera, Palu, Palangkaraya, Bangka Belitung, dll dengan biaya ribuan Euro per paxnya. Dalam hati saya, pasti akan heboh sekali fenomena alam yang satu ini.

Gerhana Matahari Sebagian 2016 di Aceh
Ternyata dugaan saya benar, dua minggu menjelang Gerhana Matahari Total tepatnya 9 Maret 2016, media cetak dan elektronik semakin gencar memberikan informasi seputar Gerhana Matahari Total 2016 ini. Tak kalah dengan media elektronik, Kementrian Pariwisata Republik Indonesia juga semangat sekali mempromosikan event Gerhana Matahari Total dengan mengiklankan event ini di media elektronik diiringi lagu Pesona Indonesia.

Semakin mendekati hari H, saya semakin penasaran dengan peristiwa langka yang satu ini, bagaiamana tidak peristiwa ini terjadi sekali dalam kurun waktu 350 atau 375 bahkan 1000 tahun kemudian. Sayapun begitu rajin mencari informasi seputar Gerhana Matahari. Ternyata Gerhana Matahari tidak boleh dilihat langsung, karena akan mengakibatkan kebutaan. Supaya aman, menggunakan kacamata gerhana adalah cara yang benar untuk menyaksikan benda langit yang satu ini.

Karena wilayah Aceh hanya mengalami gerhana matahari sebagian, hal ini membuat masyarakat yang ingin melihat gerhana matahari secara langsung sedikit sulit untuk mendapatkan kacamata gerhana, tak terkecuali saya. Saya pun mencari informasi bagaiamana cara membuat kacamata gerhana. Walaupun kacamata gerhana bisa dibeli secara online, terlambat bagi saya karena proses pengiriman akan memakan waktu lebih dari tujuh hari, sedangkan waktu itu adalah empat hari lagi menjelang Gerhana Matahari Total.

Tak habis akal. Karena sebelumnya saya mengetahui fenomena alam ini dari surat kabar yang mana berita tersebut bersumber dari Kepala Pusat Ilmu Studi Falak di salah satu perguruan tinggi di Kota Lhokseumawe, saya langsung mencari info tentang beliau, tanpa buang waktu saya mengirimkan email kepada beliau berharap bisa mendapatkan satu buah kacamata gerhana mengingat jarak antara Lhokseumawe - Langsa tidaklah begitu jauh. Dua jam kemudian, beliau menguhubungi saya. Karena keterbatasan kacamata gerhana yang dibagikan di sana, beliaupun menyarankan untuk menggunakan kaca las #14 jika ingin melihat gerhana matahari dengan aman.

Kaca Las #10 dan #11
Syukur, kaca las bisa saya dapatkan, walaupun dengan nomor yang lebih rendah yaitu #10 dan #11. Selain kaca las, saya juga sudah mempersiapkan pinhole, adalah sebuah media untuk melihat gerhana matahari dengan aman. Selain mencari tahu informasi tentang melihat Gerhana Matahri dengan aman, saya juga mencari tau waktu dan tempat yang bagus untuk menyaksikan Gerhana Matahari secara langsung. Informasi yang saya dapatkan, untuk wilayah Aceh, lintasan Gerhana Matahari total adalah 74,06%, dimulai pukul 06:25 WIB dan berakhir pada 08:27 WIB. Untuk tempat, saya memilih Pelabuhan Kuala Langsa karena perairan laut Kuala Langsa berhadapan langsung dengan arah Timur dan juga dulunya saya sangat sering menyaksikan Matahari terbit di tempat ini.

Kota Pinhole
Mengamati Proyeksi Gerhana Matahari 2016 Melalui Kotak Pinhole

Rabu, 9 Maret 2016, pukul 06.15 WIB, saya tiba di tempat pengamatan Gerhana Matahari 2016. Kali pertama seumur hidup saya menyaksikan fenomena langka ini. Takjub sekali rasanya menyaksikan kebesaran Allah SWT. Tasbihpun tak berhenti saya ucapkan. Subahanallah, sungguh luar biasa ciptaan-Mu ya Allah, Tuhan pencipta semesta alam.

Fase Awal Gerhana Matahari 2016
Gerhana Matahari 2016 Dilihat Melalui Kaca Las
Gerhana Matahari 2016
Puncak Gerahana Matahari Sebagian di Wialayah Langsa (ACEH)
Menyaksikan Gerhana Matahari Sebagian 2016 Menggunakan Kaca Las
Warga Langsa Melihat Gerhana Matahari Dengan Kacamata Biasa
Suasana Redup Saat Puncak Gerhana Matahari di Pemabuhan Kuala Langsa

Warga Langsa Menyaksikan Gerhana Matahari 2016 di Pelabuhan Kuala Langsa

Dengan menggunakan kaca las, saya menyaksikan gerhana matahari, dari awal, puncak dan akhir gerhana matahari. Tak hanya saya, warga yang lain juga ikut menyaksikan proses berlangsungnya Gerhana Matahari ini. Tak lupa saya gunakan kamera saya untuk mengabadikan moment langka ini, sebagai kenangan bahwa saya menikmati Gerhana Matahari secara langsung dengan cara yang aman.

Maret 09, 2016

Gerhana Matahari 9 Maret 2016 di Aceh

Pada tahun 2016, tepatnya 9 Februari terjadi sebuah momen yang langka, menarik sekaligus dinanti oleh masyarakat Indonesia. Fenomena langit yang terjadi 350 tahun sekali, bahkan lebih. Fenomena langit ini adalah gerhana matahari total, hal inilah yang menjadi hal yang paling ditunggu oleh masyarakat Indonesia, dikarenakan totalitas peristiwa gerhana matahari akan melintasi beberapa wilayah di Indonesia.

Gerhana matahari terjadi ketika Matahari, Bulan, dan Bumi pada saat yang bersamaan berada pada satu garis. Ketika Gerhana Matahari terjadi, Bulan berada di antara Bumi dan Matahari, sehingga piringan Bulan akan menutupi piringan Matahari. Bulan berada di antara Bumi dan Matahari saat sedang berada pada fase Bulan Baru.

Seluruh tempat di Indonesia bisa menikmati fenomena ini. Ada beberapa wilayah yang bisa menikmati Gerhana Matahari Total, yaitu: Bangka Belitung, Palembang, Tanjung Pandan, Balikpapan, Palangkaraya,Ternate, Palu, dan Poso. Nama wilayah-wilayah ini adalah kota-kota besar yang dilintasi Gerhana Matahari Total, sebenarnya masih ada wilayah lainnya yang dilintasi Gerhana Matahari Total seperti; lubuk linggau, sampit, waringin, dll.

Selebihnya, wilayah-wilayah lainnya hanya dilitasi oleh Gerhata Matahari Sebagian/ Parsial. Tidak hanya Indonesia yang mengalami Gerhana Matahari, negara lainnya seperti Malaysia, Singapura dan Thailand juga mengalami gerhana matahari. Namun hanya beberapa persen saja. Misalnya Thailand yang menikmati Gerhana Matahari tak lebih dari 40%.

Untuk Provinsi Aceh, lintasan Gerhana Matahari total adalah 74,06%. Itulah mengapa Aceh dan provinsi yang lainnya hanya mengalami Gerhana Matahari Sebagian. Gerhana Matahari dimulai pukul 06:25 WIB, Matahari terbit pukul 06:39 WIB, Puncak Gerhana Matahari pukul 07:22 WIB, dan berakhir pada 08:27 WIB.

Cara menikmati Gerhana Matahari yakni dengan memandang Matahari tersebut. Perlu diketahui, melihat Gerhana Matahari dengan mata telanjang sangatlah berbahaya, untuk melindungi mata perlu menggunakan pelindung mata, seperti kacamata gerhana. Jika benda tersebut tidak bisa didapatkan sebagai gantinya bisa menggunakan kaca las nomor 14 yang sangat mudah didapatkan di toko-toko bangunan.

Maret 02, 2016

Sehari di Pusong (Telaga VII), Langsa

Setiap perjalanan pasti memiliki cerita yang berbeda. Kali ini adalah tempat baru yang saya kunjungi bersama teman-teman saya. Tanpa direncanakan jauh-jauh hari, akhirnya cerita perjalanan kali ini adalah Desa Telaga VII, Pulau Pusong, Kecamatan Langsa Barat.

Pusong merupakan nama sebuah pulau sekaligus desa yang berada di perariran Kuala Langsa. Selain nama Pusong, ada juga yang menyebutnya Telaga VII (Tujuh). Desa ini berhadapan langsung dengan Selat Malaka. Pusong terlatak sejauh 6 mil dari Pelabuhan Kuala Langsa, butuh 40 menit untuk sampai kesini dengan biaya Rp. 5000/ trip dengan menggunakan kapal penumpang.

Sebelum berangkat, saya dan teman lainnya sudah mempersiapkan bekal makanan dan juga minuman. Sampai di Kuala Langsa, tepatnya di tempat pendaratan ikan (TPI), di situlah perjalanan dimulai. Kalau kalian membawa kendaraan, cukup parkirkan di tempat yang disediakan pengelola parkir, tukang parkirpun akan memberikan sebuah kertas yang bertuliskan nomer. Sekali parkir dikenakan biaya Rp. 5000.

Kamipun langsung menaiki boat penumpang dengan penumpang-penumpang yang lain. Selama di dalam perjalanan, saya dan teman-teman yang lain mengobrol dengan para penumpang yang sebagian besar adalah masyarakat Desa Pusong. Banyak yang bertanya kepada kami, sudah pernah ke Pusong sebelumnya? Apakah punya teman di Pusong?. Syukur salah satu dari teman saya, memiliki banyak teman yang tinggal di desa tersebut, salah satunya Tana.

Sampai di dermaga Pusong, kamipun bertanya kepada para penduduk di manakah rumah Tana. Mantapnya, semua warga mengenali temannya teman saya ini. Rasa sosial di sana sangatlah tinggi, takheran mulai dari anak-anak hingga orang dewasa sangat kenal betul penduduk yang tinggal di desa tersebut. Seorang anak kecil dengan senang hati menunjukkan dan mengantarkan kami ke rumah Tana. Akhirnya kamipun sampai.

Sarana di Pusong sebenarnya cukup memadai, seperti listrik dan air. Hanya saja di desa ini tidak ada kendaraan bermotor seperti sepeda motor bahkan mobil. Hal ini dikarenakan desa ini kecil sekali, cukup satu jam lebih untuk berkeliling mengitari desa (pulau) ini dengan berjalan kaki. Lebar jalan umumnya tidak lebih dari dua meter, jalanya terbuat dari semen dan sebagian ada yang terbuat dari kayu. Desa ini memiliki tiga buah gedung sekolah (1 PAUD, 1 SD dan 1 SMP), dan juga sarana lainnya seperti PUSTU, masjid, dll.

Kamipun dijamu begitu hangat oleh Tana, kami depersilahkan masuk. Ketika dalam perjalanan menuju rumah Tana, para warga masyarakata di desa ini begitu ramah. Siapapun mereka selalu memberikan senyum dan keramahan mereka kepada kami. Banyak yang mengatakan bahwa penduduk desa pusong ramah sekali, dan itu terbukti.

Setelah bersalaman dengan Tana dan anggota keluarganya, kamipun langsung makan siang sambil mengobrol dengan Tana. Obrolan kamipun seputar Pulau Pusong ini. Tentang bagaimana aktifitas masyarkat Pusong sehari-hari. Setelah makan siang selesai, kamipun pergi menuju masjid, satu-satunya masjid yang ada di desa ini. Masjidnya bersih  dan sejuk sekali. Air wudhunya segar dan tidak asin. Di belakang masjid ini, kami disuguhi dengan pemandangan laut yang berombak yang dilindungi dengan tanggul ombak yang berwarna krem.





Selesai shalat, kami kembali ke rumah Tana. Sebagai tuan rumah, Tana mengajak kami berjalan-jalan mengililingi desa ini. Kami diajak ke Ujong Psuong. Sayangnya, kami sedang tidak beruntung. Laut sedang berombak, jadi tidak bisa bebas untuk pergi sampai ke pesisir. Akhirnya kamipun hanya menikmatinya dari jauh. Mata saya selalu memerhatikan sebuah pulau yang berada di sisi kiri pulau Pusong. Pulau tersebut sepertinya tak berpenghuni dipenuhi pepohonan hijau yang lebat sekali.






Ada beberapa cerita yang saya dengar tentang sebuah pulau yang berdekatan dengan pulau Pusong. Ada yang mengatakan pulau itu yang menyelamatkan hidup masyarakat desa Pusong dari angin kencang, ombak besar bahkan tsunami 2004 lalu. Pada saat tusnami terjadi, gelombang besar terpecah terlebih dahulu ketika melewati pulau tersebut. Mungkin itulah mengapa pulau tersebut tidak dihuni atau ditempati manusia, dengan alasan supaya lingkungan yang ada di pulau tersebut tetap terjaga. Jika kita menjaga alam, maka alampun akan menjaga kita. Ada juga yang mengatakan kalau pulau itu adalah pulau keramat, di sana ada tujuh buah telaga, dan hanya orang-orang tertentu yang bisa melihatnya.
Mungkin lain kali kami akan ke pulau itu, pulaunya berpasir putih, dipenuhi kera dan binatang lainnya.

Haripun mulai senja, karena hari Jumat, kami harus segera meniggalkan Desa Pusong sebelum jam 5 sore. Karena tidak ada lagi kapal penumpang yang beroperasi setelah waktu tersebut, kecuali kalau kita mau membayar atau lebih tepatnya mencarter kapal supaya bisa kembali ke Kuala Langsa.

Setelah berparmitan dengan Tana, kamipun menuju kembali ke dermaga Pusong, menunggu kapal yang akan mengantarkan para penumpangnya kembali ke Kuala Langsa.

***
Kapalpun mulai berlayar, memecah riak ombak menderu.
Dan kamipun tak lepas pandang dari pulau itu.
Para penduduknya yang ramah dan selalu memberi senyum.
Membuat siapa saja yang datang, ingin kembali di suatu waktu