Hari pertama dan kedua terlewatkan begitu indah, liburan saya di Aceh
Barat sangatlah mengesankan. Begitupun di hari ketiga, yang seharusnya
menjadi hari terakhir saya liburan di Aceh Barat, tepatnya Kota Meulaboh
karena keesokan harinya saya akan kembali ke Banda Aceh, sudah saya
rencanakan sebelum.
Namun semua rencana berubah. Di
hari ketiga yang merupakan hari terakhir saya liburan di Aceh Barat,
berubah menjadi hari yang terlalu sayang untuk dilupakan, terlalu pahit
untuk diingat, dan keterlaluan untuk dikenang. Saya mengalami
kecelakaan. Sebenarnya bukan hanya saya saja, ada satu orang teman yang
ikut menjadi korban kecelakaan.
Begini cerita....
Sepulang
dari Pasi Saka, Sampoiniet, Aceh Jaya. Pasi Saka adalah pantai yang
terletak di kilometer 117 lintas barat Aceh. Dari Meulaboh, perjalanan
di tempuh kurang lebih dua jam, sampai di desa Jeumphuk, saya dan teman
lainnya memarkirkan sepeda motor kami di depan rumah kepala desa dan
juga meminta izin sekaligus menitipkan motor kami di sana.
Singkat
cerita, setelah puas mengunjungi Pasi Saka, hari sudah mulai gelap, jam
18:00 WIB kami melajukan sepeda motor kami. Ada dua sepeda motor, saya
dan teman saya, yang mengemudikan adalah teman saya, dan yang satunya
lagi kakak-beradik. Sepeda motor kami lajukan lumayan kencang. 80
km/jam, wajar kencang, karena jalanan tergolong sepi dan kondisi jalan
juga sangat bagus.
Namun nahas, untung tak dapat
diraih, malang tak dapat ditolak. Ketika kami melewati jalan di daerah
Panga, Aceh Jaya. Akibat terlalu kencang dan jalanan tidak disertai
lampu jalan, kamipun menabrak lembu, teman saya sudah berusaha untuk
mengerem supaya tabrakan bisa dihindarkan, namun terlambat. Kamipun
jatuh ke sisi kiri jalan. Teman saya jatuh terlebih dahulu, kemudian
sayapun ikut jatuh dan sempat berguling di atas rerumputan.
Sayapun
langsung mencoba berdiri, saya melihat teman saya berada di pinggir
jalan dalam keadaan terlungkup, sayapun langsung berlari ke arahnya yang
jaraknya sekitar lima meter, pada saat berlari saya merasakan kaki kiri
saya sakit sekali, saya berlari sambil terpincang-pincang. Sepertinya
teman saya tidak sadarkan diri. Sayapun langsung membalikkan badannya,
dan melihat ada darah yang mengalir dari pelipis mata kanannya. Teman
saya pingsan.
Saya tidak tahu harus berbuat apa, dalam
keadaan panik, saya hanya dapat memanggil teman saya yang pingsan ini
agar segara sadar. Saya lepaskan helmnya.
Teman
saya yang menggunakan sepeda motor yang satunya lagi, langsung berhenti
membantu kami dan mereka langsung meminta tolong kepada siapa saja yang
melintas di jalan tersebut. Barulah saya sadar untuk mencari
pertolongan. Kami bertiga berteriak supaya ada orang yang mau menolong
kami. Beberapa pengguna jalan berhenti, lantas tidak langsung menolong
kami. Saya heran, apa yang mereka pikirkan, mengapa mereka tidak
langsung menolong.
Akhirnya sebuah mobil warna putih
melintas dan langsung berhenti. Pemilik mobil itulah yang akhirnya
bersedia untuk menolong kami. Bersama sejumlah orang yang melintas tadi,
teman saya yang masih belum sadarkan diri diangkat bersama-sama untuk
dibawa ke puskesmas terdekat, sayapun turut bersamanya. Selamat di dalam
ambulans, kami saling menguatkan satu sama lain, bahwa kita semua akan
baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Alhamdulillah,
puskesmas tidak terlalu jauh. Para petugaspun langsung mengambil
tindakan kepada teman saya. Dan syukur, akhirnya teman saya telah sadar
kembali.
Setelah proses tindakan perawatan pertama dan
administrasi selesai, rupanya teman saya harus segera dirujuk ke Rumah
Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh. Saya, beserta teman yang lainnya langsung
menaiki mobil ambulans, teman saya yang lukanya lumayan parah ini
dibaringkan diatas tandu di dalam ambulans, saya dan dua teman lainnya
duduk di samping ikut pergi ke Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Akhirnya
kami sampai di rumah sakit setelah menempuh perjalana selama satu jam
setengah dengan mobil ambulans yang sirinenya riuh rendah. Teman saya
dikeluarkan dan disambut oleh para petugas rumah sakit, iapun langsung
dilarikan ke ruang penanganan. Sementara saya dan teman lainnya menunggu
di luar. Dan tak lama kemudian, keluarga teman saya pun datang ke rumah
sakit setelah sebelumnya kami kabari bahwa kami telah mengalami
kecelakaan.
Setelah beberapa lama berada di rumah
sakit, saya dan teman lainnya pamit dengan keluarga teman kami yang
mengalami luka yang lumayan berat. Teman saya harus menjalani rawat inap
selama enam hari dan selebihnya mejalani rawat jalan, sedangkan saya
diperbolehkan pulang karena hanya mengalami luka terkilir pada kaki
sebelah kiri. Sejak tanggal kejadian yaitu 08 Februari 2016, luka saya
dan teman sayapun berangsur-angsur pulih, mungkin butuh 30 - 45 hari
supaya bisa sembuh total.
Sampai di rumah teman
saya. Saya dan teman-teman saya yang merupakan host saya selama berada
di Kota Meulaboh kembali membahas kenapa hal ini bisa terjadi. Menurut
saya, ada beberapa hal yang menyebabkan kecelakaan ini, yaitu:
- Akibat lampu jalanan yang tidak tersedia di sepanjang jalan lintas Banda Aceh - Meulaboh
- Akibat hewan ternak masyarakat di sepanjang jalan lintas Banda Aceh - Meulaboh
- Akibat kendaraan yang melaju terlalu kencang, tapi kalau tidak ada hewan ternak pasti kecelakaan tidak akan terjadi
- Akibat kemalaman di jalan, semalam apapun kalau tidak ada hewan ternak di jalan pasti kecelakaan tidak terjadi
- Akibat tidak berhenti sejenak ketika maghrib
- dll
Malam
tersebut adalah malam terakhir saya di Kota Meulaboh, sebelumnya sempat
terpikir untuk menambah waktu inap saya sampai lumayan sembuh. Namun
setelah dipikir-pikir, esok siangnya saya langsung kembali ke Banda Aceh
dengan menggunakan mobil, motor yang seharusnya saya kemudikan sendiri
untuk kembali ke Banda Aceh turut diangkut ke dalam mobil. Tiba di Banda
Aceh pukul 19:50 WIB dan pukul 21:00 WIB saya dijemput mobil kembali
untuk berangkat ke kampung halaman saya - Kota Langsa dan tiba di Langsa
keesokan harinya. Sungguh liburan yang tak terlupakan. Liburan ke Kota
Meulaboh yang tak tanggung-tanggung, berada di mobil ambulans bersama
teman-teman dan juga ke rumah sakit Kota Meulaboh langsung ke ruang IGD.
Saya
sangat berterima kasih kepada host (tuan rumah) saya selama di
Meulaboh. Mereka yang sangat baik menjamu saya sebagai tamu mereka,
menurut saya, saya tidak diperlakukan sebagai tamu, namun sebagai
saudara sendiri. Saya begitu terharu kalau mengingat jasa-jasa mereka
saat pertama saya datang dan saat saya berangkat ke Banda Aceh, terutama
terima kasih yang tak terhingga kepada ibu host saya.
***
Sebenarnya
sudah sangat banyak kasus kecelakaan yang terjadi akibat hewan ternak
ini, bahkan ada yang menelan korban jiwa, bahkan kejadian terparah
terjadi pada pagi dan siang hari. Namun sayangnya, masyarakat tidak
perduli. Para pemilik ternak seakan acuh tak acuh, padahal ini adalah
ternak milik mereka. Para pemerintah juga terkesan membiarkan hal ini
dengan tidak memasang lampu jalanan dan juga tidak menerapkan sangsi
yang tegas bagi para pemilik ternak yang melepaskan ternak mereka secara
bebas.
Namun, dari semua kejadian ini, ada baiknya kita
ambil pelajaran dan hikmah untuk selalu berhati-hati di manapun dan
kapanpun. Kami bersyukur kepada Allah, karena sampai hari ini kami masih
bisa bernafas, masih bisa beribadah dan masih bisa menikmati hidup
bersama orang-orang yang kami sayangi dan cintai. Kepada teman-teman
yang lain, harap selalu berhati-hati dalam berpergian, selalu utamakan
keselamatan. Ingatlah keluarga, saudara-saudara, dan teman anda di
rumah.